Fenomena Jenglot , mahluk misterius yang disebut-sebut merupakan jelmaan dari roh kesaktian orang lampau ternyata menjadi sebuah teka-teki daya tarik orang untuk mengetahui bahkan mempelajari secara mendalam benda kecil menyerupai boneka yang menyeramkan dalam bentuknya kebanyakan.
Benda sepanjang 10,65 cm, menyerupai boneka menyeramkan itu memiliki
bagian serupa kepala, badan, tangan dan kaki serta rambut terurai
sepanjang 30 cm. Ukuran masing-masing tampak tidak proporsional. Dengan bentuk
ukuran kuku-kuku jarinya serta taring hingga rambut sangat panjang.
menjadikan benda ini tampak menggetarkan bulu kuduk.
Jenglot... yah itulah yang diyakini masyarakat adalah sebagai seorang manusia yang
mempunyai ilmu sakti dimasa lalu yang meninggal, tetapi tubuhnya ditolak
oleh bumi, sehingga tubuhnya tidak hancur melainkan menciut hingga
menjadi bentuk seperti jenglot.
Jika ditelaah dari segi ilmiah, jelas tidak mungkin ada suatu
fenomena seperti ini. Tubuh manusia pasti akan terurai jika dikubur
didalam tanah. Karena keanehan serta banyak cerita misterius mengiringi
perwujudannya tersebut. Jenglot pernah diperiksa dr Budi Sampurna DSF di
bagian Forensik RSCM.
Hendra Hartanto, pengusaha restoran asal Surabaya yang juga seorang
pemilik Jenglot menyebutkan jika posisi kaki, tangan dan kelopak mata
jenglot miliknya senantiasa berubah. Konon, makhluk misterius itu selalu
menghabiskan darah manusia yang dicampur minyak japaron.
Menurut Hendra, dalam menyantap sajiannya itu, jenglot tak menggunakan
cara seperti yang dilakukan manusia pada umumnya. Yang jelas, dalam
setiap 18 jam, sebanyak 3 cc darah dan minyak wangi yang disajikan akan
berkurang sekitar 50 persen sampai 60 persen.
Roh terpenjara dalam tubuh kecil
Jenglot, karena itu bisa jadi amat misterius. Sama misteriusnya
ketika Hendra menemukan makhluk aneh tersebut. Syahdan, perkenalan
Hendra dengan "makhluk" aneh itu terjadi pada 1972. Ketika itu, ia
bersemadi di pantai Ngliyep, Malang, Jawa Timur.
Dalam keadaan setengah sadar, ia merasa ada sosok yang menghadiahinya
dengan Bethoro Kapiwiro dan Bethoro Katon. Beberapa bulan kemudian,
dengan cara serupa, dan di tempat itu pula, Hendra mendapatkan Jenglot
dan Bethoro Kapiworo. Namun kata Hendra, mereka memiliki asal-usul
berbeda. Jenglot dan Bethoro Kapiworo merupakan jelmaan pertapa sakti
yang kualat. Sedangkan Bethoro Katon dan Bethoro Kapawiro adalah kera
sakti yang dikutuk. Namun mereka semua, menurut Hendra, hidup dan punya
mistik.
Menurut cerita yang dia susun, jenglot pada masa ribuan tahun lalu
adalah manusia (seorang pertapa) yang tengah mempelajari ilmu Bethara
Karang. Ilmu Bethara Karang diyakini sebagai ilmu keabadian.
Artinya, setiap orang yang memiliki ilmu tersebut akan hidup abadi di
dunia. "Namun, akibat kutukan, jasad jenglot tidak diterima di dunia
sedangkan rohnya tidak diterima di akherat. Maka roh tersebut seperti
terpenjara dalam jasad kecil ini," kata Hendra.
Setelah itu, sang pertapa menjadi emosional dan merasa sebagai
jawara. Tak pelak, tubuhnya pun menyusut, hingga akhirnya mengecil.
Empat taring kemudian tumbuh memanjang, tak sebanding dengan lebar
mulutnya. Katanya, itu sebagai lambang keganasan dan sifat liar sang
"monster''.
Melihat dari dimensi realita, jenglot kini memang hanya tinggal mumi.
Namun, ia masih memiliki energi, di mana rambut dan kuku jari terus
memanjang. Bahkan, posisi kaki dan tangan pada saat-saat tertentu akan
berubah. Jika menyimak dari sisi nonrealita, maka jenglot memiliki
energi yang bisa dirasakan melalui kekuatan supranatural. "Jadi, masih
tersisa energi dalam jasadnya yang beku,'' ujar Hendra.
Jenglot sendiri, sebenarnya hanya istilah atau sebutan. Menurut
Hendra, pihaknya juga tidak tahu kata itu diperoleh dari hasil
"menayuh". Namun, dia tak mengetahui pasti, dari bahasa Sansekerta atau
Jawa Kuno asal kata tersebut. Jenglot, lanjut dia, hanya julukan, sama
halnya ketika manusia menyebut "vampire'' atau "drakula''.
"Setiap 35 hari pada Jumat Legi, kita kasih satu tetes darah dicampur
minyak javaron seperti kalau banyak orang memberikan sesaji berupa
kembang atau kemenyan,” kata Hendra
DNA Sama dengan Manusia
Fenomena jenglot pun menarik perhatian Ahli Forensik FKUI-RSCM, Budi
Sampurna DSF, untuk melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap jenglot.
Karena, oleh pemiliknya, jenglot seringkali diklaim sebagai manusia.
Menurut dr Budi, guna membuktikan kemanusiaan jenglot, maka akan
dilakukan deteksi dengan alat rontgent untuk mengetahui struktur
tulangnya serta pemeriksaan bahan dasar kehidupan seperti C,H,O atau
proteinnya.
Untuk keperluan tersebut, ahli forensik mengambil sampel dari bahan
yang diduga sebagai kulit atau daging jenglot serta sehelai rambutnya.
Usai pemeriksaan ternyata hasilnya menyatakan jenglot tak memiliki
struktur tulang. Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi
selebihnya tak ada.
Guna mendapat hasil lebih mendetail, maka jenglot diteliti dengan CT
Scan. Ternyata jenglot tidak memiliki struktur seperti manusia kendati
kenampakan luar menyerupai manusia.
Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja PhD, dari
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang
diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid)
manusia. "Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di
bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, tersebut.
Namun Djaja menolak anggapan seolah ia mengakui jenglot sebagai
manusia. "Tapi sampel yang saya ambil dari jenglot menunjukkan
karakteristik manusia," katanya. Adapun sampelnya berupa sayatan kulit
jenglot berukuran setengah luas kuku, yang mengelupas dari lengannya.
Contoh kulit itulah yang kemudian ditelitinya di Laboratorium RSCM atas
prakarsa dan biaya pribadi. Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian
diekstraksi agar DNA-nya keluar dari inti sel. DNA merupakan material
genetik berupa basa protein panjang yang membangun struktur kromosom.
Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa
dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat
bawaan tertentu.
Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1
dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik
PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan
hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari keluarga
primata -bisa monyet, bisa pula manusia.
Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian
bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan
mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu,
saya harus bilang apa," kata ahli DNA forensik Indonesia itu.
Kekuatan di Luar Kehidupan
Menurut Hendra – si pemilik tiga jenglot - jenglot hanya hidup secara
gaib (roh). Artinya, kehidupan yang dimiliki bukan seperti kehidupan
makhluk hidup. Sebab, secara fisik jenglot sebenarnya sudah mati (mumi).
"Namun, dalam kematiannya itu dia masih memiliki kekuatan,'' ujarnya.
Karena itu, dia mempersilakan orang yang memiliki tenaga dalam untuk
membuktikan keberadaan "energi'' itu.
“Energi yang terkandung di dalam jenglot betul-betul besar, sampai
saya terpental beberapa meter. Padahal, saya sudah mengerahkan kemampuan
tenaga dalam untuk meremukkannya, namun ternyata tak mampu. Wah,
betul-betul luar biasa,” tutur seorang praktisi tenaga dalam setelah
menjajal energi yang tersimpan di jenglot.
Memang, banyak yang kurang percaya jenglot itu mempunyai energi
supranatural. Namun, bagi yang mempunyai ilmu tenaga dalam atau tenaga
supranatural, baru akan mempercayainya mumi mini tersebut mempunyai
energi yang besar. Sampai-sampai mampu melemparkan pengunjung yang
menjajal-nya.
Sampai saat ini belum ada yang bisa menjawab dengan pasti secara
ilmiah apakah sebenarnya jenglot itu. Namun semakin hari semakin banyak
jenglot yang ditemukan di Indonesia khususnya pulau jawa.
-----Dari berbagai sumber. ----
No comments:
Post a Comment
Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan. Atau di kosongkan juga tidak ada masalah.